header niko 728 x 90

Persetan dengan Passion. Realistis Saja — Kita Butuh Duit!


Salah satu karakter yang paling dekat dengan generasi kita adalah kecenderungan mengagung-agungkan passion yang dianggap segalanya. Kita percaya kalau uang bukan jaminan, mengejar impian jadi sebuah keharusan. Kegagalan bukan ditentukan dari mapan atau tidaknya kamu. Justru gagal adalah terjebak di kubikel kerja dan mengerjakan hal yang sama setiap harinya.

Udah ah. Mending gue resign dan ngejar passion gue.

Sebelum kamu berpikir untuk meninggalkan apa yang sudah kamu punya, cobalah berpikir untuk kali kedua. Kebutuhan hidup yang serba menanjak ini menuntut kita untuk menjadi realistis. Karena passion belum tentu menjadi jawaban atas tagihan-tagihan yang harus dibayar. Sebelum kamu mengeluh terus-terusan karena merasa gagal tak bisa bekerja sesuai passion, lebih baik pertimbangkan hal-hal ini dulu.


1. Apapun pekerjaanmu, lelah dan jenuh adalah hal yang biasa. Kamu juga akan merasakan hal sama saat mengerjakan apa yang kamu cinta


Passion adalah hal yang sangat membingungkan. Bila kamu mendengar kata para motivator terkenal, semuanya terlihat mudah. Kamu hanya perlu menemukan apa yang kamu sukai, sesuatu yang kamu rela lakukan berulang-ulang kali tanpa bosan. Tapi kenyataannya, banyak orang yang tidak tahu apa passion-nya yang sebenarnya. Sesuatu yang dia anggap passion, bisa menjadi membosankan dan menekan di suatu saat bila kamu terus-terusan mengerjakannya. Lantas apakah itu masih bisa disebut passion? Karena menemukan passion itu tidak mudah, dan kamu bahkan belum punya bayangan apa yang ingin kamu lakukan, mengapa harus menyerah pada ketidakpastian? Meski hidup memang tidak pasti, tapi bila yang sudah ada saat ini patut dijalani, mengapa harus berhenti di sini?

2. Coba pikirkan. Berhenti dari pekerjaan hanya untuk berdiam diri memikirkan passion, apa yang akan kamu dapatkan?



Passion menjadi idaman ketika kamu stuck di tempat kerja. Melakukan sesuatu yang kamu pikir bukan yang seharusnya kamu lakukan. Lalu kamu merasa bosan dan tertekan. Dalam pikiranmu, kamu bisa melakukan lebih dari ini di luar sana. Atau bisa juga kamu berpikir bahwa ada hal di luar sana yang seharusnya kamu lakukan. Karena enggan terbelenggu dalam pekerjaan yang membosankan, kamu pun menulis surat resign dan memutuskan untuk keluar dari pekerjaan. Namun ternyata mencari passion-mu di luar sana tidak semudah yang kamu kira.

Sementara hidup di dunia jelas membutuhkan biaya. Lalu kamu akan menjadi pengangguran dan kembali membebani orangtua. Dulu kamu stres karena pekerjaan, kini kamu stres karena tidak punya pekerjaan. Mana yang menurutmu lebih baik?

3. Tidak ada pekerjaan yang sia-sia. Kamu tetap akan belajar banyak hal di sana


Ingin berkembang dan memaksimalkan potensi yang kamu punya, adalah alasan yang sering kamu pakai untuk pembenaran mengejar passion. Alasan itu tidak salah memang. Bila berada di tempat yang tepat, kamu bisa menjadi seseorang yang berkembang secara maksimal, karena berkembang atau tidaknya potensi seseorang juga dipengaruhi lingkungan. Namun bukan berarti kamu tidak bisa mendapatkan apa-apa bila bekerja di tempat yang tidak sesuai dengan passion. Satu atau dua hal pasti ada yang bisa kamu dapatkan, misalnya skill berkomunikasi dengan orang, skill membuat laporan, bekerja sama dengan orang lain, membangun teamwork yang ciamik, serta tanggung jawab atas pekerjaan yang diemban. Kecuali kamu memang bekerja asal-asalan, banyak manfaat yang kamu dapatkan dari apapun pekerjaanmu, di luar gaji bulanan.

4. Usia muda adalah masa di mana banyak kesempatan datang. Mengejar impian tidak harus mengorbankan segala hal, termasuk kebutuhan


Usia muda memang waktu yang tepat untuk mengejar cita-cita. Saat ini, dengan tanggungan yang tidak kamu miliki, kamu seharusnya bisa meng-explore diri sendiri dan mencari apa yang kamu ingini. Di usia ini kamu akan mendapatkan banyak kesempatan. Kamu bisa berpindah karier tanpa beban tanggungan. Mengapa terburu-buru menentukan apa yang kamu jalani saat ini bukan passion-mu? Karena usiamu masih muda, tidak ada salahnya menimba ilmu dari manapun dan dari apapun yang kamu temukan. Tak hanya terpaku passion atau bidang yang sesuai dengan gelar sarjana, kamu bisa mendapatkan pelajaran dari apapun yang kamu kerjakan. Impian memang harus dikejar. Tapi ada strategi yang harus disusun. Tak harus mengorbankan segala hal, karena hidup memang penuh kebutuhan.

5. Kenyataan bahwa kamu sudah bisa hidup mandiri dan tak lagi membuat orangtua terbebani, bukankah itu layak disyukuri?


Memang benar kamu kurang menyukai pekerjaanmu sekarang. Bukan sesuai passion-mu, dan tidak sesuai dengan bidang yang kamu tekuni semasa kuliah. Setiap hari kamu jalani dengan setengah hati, karena kamu sudah malas memikirkan pekerjaan sejak mulai membuka mata. Gajimu mungkin juga tidak seberapa. Tidak seperti teman-temanmu yang lain yang bisa berfoya-foya, penghasilanmu hanya cukup untuk membiayai hidup sehari-hari. Tapi sementara kamu mengeluh ini dan itu, pernahkah kamu memikirkan teman-temanmu yang lain yang masih berusaha keras mendapatkan pekerjaan? Setidaknya, ketika bangun tidur kamu sudah tahu apa yang akan kamu lakukan hari itu, sementara mereka, terbangun dan bertanya-tanya kapan akan mendapat interviu kerja. Meski tidak sesuai minat dan kesukaan, toh setidaknya kamu sudah bekerja dan tidak lagi menjadi beban orangtua.

6. Mengerjakan sesuatu yang disukai memang perlu. Tapi ingat, segala sesuatu butuh pengorbanan. Dan semua orang tahu hidup butuh uang


Mimpi memang harus tinggi, agar semangatmu selalu terpacu untuk meraihnya. Mengerjakan sesuatu yang disuka memang perlu untuk mengurangi risiko stres yang menyiksa. Tapi realistis juga perlu, agar kamu tidak terjebak dalam angan-anganmu selamanya. Apa yang kamu lakukan saat ini bukannya tanpa arti. Mengejar cita-cita banyak caranya. Bisa saja apa yang kamu jalani saat ini adalah salah satu jalannya. Sama seperti saat kita menuju suatu tempat yang belum pernah kita datangi. Ada kalanya kamu bingung harus ke arah mana, kadang kamu harus berhenti untuk bertanya arah, dan ada kalanya juga kamu harus memutar karena salah jalan. Tapi kenapa tidak dinikmati saja? Toh semua memang ada prosesnya.

7. Jadi dewasa adalah soal tetap berdedikasi mengerjakan apa yang tidak kita suka. Bekerja di tempat yang tidak sesuai passion salah satunya


Ketika kamu sudah semakin dewasa nanti, kamu akan tahu bahwa hidup tidak hanya soal apa yang kamu suka dan apa yang tidak kamu suka. Ada masa-masa di mana kamu harus menyingkirkan egomu, dan belajar menyukai apa yang telah kamu sepakati. Saat ini adalah perjalananmu menuju dewasa yang sesungguhnya. Menjadi dewasa bukan hanya tahu bagaimana mengejar cita-cita, tapi juga belajar berdedikasi untuk suatu hal, meski kamu tak sepenuhnya suka. Bekerja di tempat yang tidak sesuai passion adalah salah satu cara untuk menempa mental. Sebab kehidupan tidak selamanya sejalan dengan apa yang kamu rencanakan. Mengeluh terus-terusan juga tidak akan membawamu pada kesuksesan.

Passion penting, tapi bukan segalanya. Mimpi adalah awal segalanya, tapi mimpi harus realistis untuk diterapkan di dunia nyata. Untuk menjadi sukses, kamu tak harus menuruti passion yang kamu punya. Selain karena passion terkadang membingungkan, yang terpenting adalah rasa berdedikasi pada pekerjaan. Sebab tanpa dedikasi, rasa bosan dan enggan melanjutkan itu akan tetap datang meski kamu sudah bekerja di tempat impian. Hidup memang tidak mungkin flat-flat saja kan?

Realistis saja. Bahwa uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Sekarang kamu merasa tertekan karena pekerjaan yang tak sesuai bidang. Coba pikirkan orang-orang di luar sana yang juga tertekan karena tidak tahu harus ke mana lagi untuk mencari kerja. Kamu tentu tahu harus memilih yang mana

sumber artikel: http://www.hipwee. com/motivasi/persetan-dengan-passion-yang-penting-dapat-duit/

Masukan email anda jika ingin berlanggan postingan dari Terbit Setiap Hari:

Delivered by FeedBurner

0 Response to "Persetan dengan Passion. Realistis Saja — Kita Butuh Duit!"

Posting Komentar